Thursday, December 27, 2018

Dari Kopi Tiam Menuju Coffee Class


5 Tahun Jejak D’Raja Coffee
Dari Kopi Tiam Menuju Coffee Class, Menggurita Ke Waralaba

Wiraland


KATAKANLAH bagi hampir seluruh manusia dari kalangan manapun, pada trend setter kini, suasana dan citarasa dari sebuah tempat tongkrongan harus berjalan beriringan. Artinya, jika sebuah tongkrongan hanya mendewakan citarasa, maka pelanggan tetap akan merasa ada yang kurang. Apalagi saat ini swafoto (selfie foto) kian digandrungi oleh seluruh umat segala jenis usia ketika hendak mencari berbagai destinasi tongkrongan baik bagi keluarga maupun bagi relasi.

Tak pelak, bukan hal baru lagi bagi Kota Medan jika saat ini banyak bermunculan gerai kopi mulai dari yang benar-benar trully coffee shop, sampai yang hanya ikut trend saja, bisnis coffee shop kini bak jamur di tengah-tengah musim hujan. Padahal dulu, saat baru ditemukan di abad 10 Masehi oleh seorang sufi dari Yaman, Ali Bin Omar, rebusan kopi hanya sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya. Saat itu kopi mendapat gelar terhormat di kalangan masyarakat Timur Tengah, sehingga memberi kemakmuran bagi para pemilik kebun kopi, pengusaha kedai kopi, pedagang kopi, eksportir kopi, dan pemerintah di berbagai belahan dunia yang memiliki biji-bijian beraroma khas itu.

kopi di medan

Selanjutnya, perjalanan kopi menjadi minuman dimulai lebih dari seribu tahun lalu di Ethiopia, dengan legenda cerita saat itu ada penggembala yang mencoba memakan buah kopi setelah mengamati bahwa kambing-kambing-nya tak tidur setelah memakan buah kopi liar di padang rumput tersebut. Sebuah literatur sejarah kopi juga menceritakan Sheik Omar, membawa kopi ke kota Al Mukha di negara Yaman pada tahun 1258. Barulah pada abad 15, kedai kopi pertama di dunia dibuka di Mekkah, sebagai tempat bersantai dan membahas politik sembari menikmati setiap reguk-teguk kopi. Waktu itu, kopi dimasak dengan merebus bijinya dalam air. Sekitar 100 tahun kemudian, praktik penggonsengan kopi dimulai di Turki. Maka, Kota Istanbul sangat dikenal dengan berdirinya ratusan rumah kopi.

Adapun biji kopi yang paling dikenal dan dikonsumsi orang sedunia, secara umum ada dua spesies yakni kopi arabika dan kopi robusta. Di Indonesia antara tahun 1696-1699, tanaman kopi awalnya hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang VOC menguntungkan, VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar ditanam. Pertengahan abad ke-17, VOC mengembangkan area tanaman kopi arabika di Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Kep.Timor. Kecamatan Pakantan di Mandailing Natal, adalah daerah perkebunan kopi arabika pertama milik VOC di Sumatera saat itu. Kemudian kopi arabika dibawa ke Tapanuli Utara (Lintong Nihuta dan sekitar Danau Toba) dan dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah).

Masuk pada zaman modernisasi, gerai kopi yang dulunya hanya sekedar warkop kini “naik pangkat” dengan istilah baru-nya coffee shop. Didukung dengan menjamurnya berbagai mal, tempat ngopi kian bergengsi. Tak hanya di mal, kafe-kafe kopi di luar gedung plasa kian bertambah banyak. Setiap coffee shop berlomba menawarkan berbagai rupa kelebihan sebagai daya tarik para penikmat kopi agar gerainya disambangi. Tak pelak, melipir ke gerai kopi kini menjadi gaya hidup umat perkotaan.

Seperti D’Raja Coffee misalnya. Coffee shop yang mulai bergeming sejak tahun 2013 ini awalnya hadir karena kecintaan dan keseriusan dua bersaudara, yakni Rudy dan William pada kopi yang membuat mereka membuka gerai kopi kecil (baca: kopi tiam) yang berawal dari empat (4) meja. Ibarat pepatah proses tak akan mengingkari hasil, konsistensi ketekunan kedua bersaudara ini berbuah menjadikan kopi tiam mungil tersebut bertransformasi menjadi gerai 1 pintu ruko yang juga tak lama kemudian juga menjadi 2 pintu ruko.

Biji kopi yang pertama kali digunakan adalah biji kopi Toraja yang disajikan dengan metode manual brew. Dari sinilah nama D’Raja Coffee dibentuk. Drip Toraja Coffee disingkat menjadi D’Raja Coffee. Seiring berjalan waktu, melihat bahwa biji kopi Arabika tak kalah nikmat, perlahan biji kopi Arabika mendominasi menggantikan biji kopi Toraja di D’Raja Coffee. Lagi-lagi konsistensi dua bersaudara Rudy dan William dalam meracik kopi ternyata menuai penetrasi. Tak heran, saat D’Raja  Coffee melebarkan ekspansi di Jalan Bandara Kuala Namu (tepat di depan Hotel Wings), gerai ini kian menjadi incaran yang selalu dipadati setiap tamu yang baru turun dari bandara menuju Medan atau sebaliknya.

Masih berlanjut, persistensi D’Raja Coffee ternyata kian kokoh dengan dibukanya gerai ketiga di Ismud Park. Di tangan Denny Wu, keberadaan coffee shop 24 jam ini tak hanya menuai pelanggan setia, namun juga mendatangkan berbagai kalangan yang ingin menekuni dunia kopi dengan serius. Kelas Kopi-pun dibuka meski tidak formal digemakan. Silih berganti, selama setahun, D’Raja Coffee sendiri telah memberangkatkan belasan pegiat industri kopi ke negara Kangguru.

Tak hanya para pecinta kopi yang ingin terjun langsung sebagai pegiat industri kopi, para eksekutif yang ingin belajar membuat kopi juga berlomba mencemplungkan diri di D’Raja Coffee untuk belajar, mulai dari membuat Espresso sampai Latte Art. Meski tak pernah dibuka resmi, Kelas Kopi di D’Raja Coffee terus bergulir menghasilkan calon-calon barista andal yang siap bersaing di kancah internasional maupun para para pegiat kopi pemula.

Bukan cuma seduhan kopi, gerai kopi ini juga menyangrai dan menjual biji-bijinya bagi setiap pelanggan yang mencandu. Adapun beberapa biji kopi yang senantiasa bisa Anda minta untuk di-packing antara lain adalah Gayo, Mandheiling, Lintong, Toraja, Sidikalang, Robusta, dan Red Coffee dengan minimal masing-masing package per 250gr. Jika penasaran dan gemar menyesap aroma kopi yang disangrai, pelanggan bisa langsung berkunjung ke D’Raja Coffee Kuala Namu maupun D’Raja Coffee Cemara Asri untuk menyaksikan setiap proses sangrai green bean menjadi biji kopi yang siap melalang buana.

Berlanjut kemudian, persistensi dan konsistensi ini juga mengantarkan D’Raja Coffee menjadi brand yang dilirik sebagai industri waralaba yang menjanjikan di Kota Medan. Kehadiran awalnya sebagai kopi tiam semakin diperhitungkan. Dalam kurun waktu setahun selama 2018, ekspansi coffee shop ini mencapai 3 gerai dalam setahun, yakni D’Raja Coffee Palembang di Kota Palembang, D’Raja Coffee Centrium di Jl. Brigjend Katamso, dan D’Raja Coffee Gatsu yang terbaru di Jl. Gatot Subroto. Alhasil kini sudah ada enam gerai D’Raja Coffee di Pulau Sumatera.

wiraland

wiraland

Pegiat industri bisnis food and beverage kian melirik dan menilai setiap gerai D’Raja tak hanya berhasil memikat hati setiap pecinta kopi namun juga penikmat kuliner. Itu sebabnya, setiap kali Anda bertandang ke D’Raja Coffee, berbagai penganan dan  kudapan Nusantara maupun internasional bisa Anda temukan dalam menunya. Selain menyuguhkan rasa-rasa nikmat dalam setiap masakan, D’Raja Coffee juga berhasil membuat pelanggannya betah berlama-lama di dalam karena suasana yang diusung di setiap gerai.

Wiraland

makanan


Adapun gerai yang baru dibuka di awal Desember, yakni D’Raja Coffee Gatsu, hadir dengan sentuhan yang sedikit berbeda. Gerai ini mengusungkan sajian seafood sebagai penganan andalannya selain kudapan ringan yang sudah lazim menemani seduhan kopi. Dengan konsep tersebut, maka sangat mudah ditebak bahwa kehadiran gerai keenam ini tak hanya sekedar menawarkan suasana cengkerama bagi penikmat kopi dan penganannya, namun lebih dari itu agar pengunjung dan pelanggannya bisa menikmati berbagai sajian Nusantara dalam balutan seafood yang dikemas sebagai penganan keluarga.

Jadi ketika melipir ke mari, maka Anda akan menemukan beberapa menu yang tidak akan dijumpai di gerai D’Raja Coffee lain, seperti ikan Gurami, Kerapu, Bawal, Udang, Kakap, Cumi, Iga, bahkan ragam tumisan sayur dalam berbagai racikan. Penganan berat ini memang sengaja dihadirkan di D’Raja Coffee Gatsu mengingat semakin tingginya minat warga Kota Medan dalam  berkuliner ria.

Meski baru dibuka, kehadiran gerai ini sudah tercium ramai. Tak heran, pengunjung dan pelanggan yang sudah mengenal betul cita rasa dan racikan D’Raja Coffee tak perlu mengulur waktu untuk segera menyambangi gerai ini saat baru beroperasional awal Desember 2018 kemarin. Kendati konsep penganan yang diusung adalah seafood, para pengunjung dan pelanggan tak perlu cemas saat merogoh kantong, sebab harga yang digadang cukup bersahabat, mulai dari Rp 15.000 per porsinya.

Konsep outdoor yang bagus juga ditawarkan di gerai ini. D’Raja Coffee kian menjadi tempat perhentian wajib yang tak akan mengecewakan. Anda bisa belajar membuat kopi di sini. Ingin lebih serius, Anda juga bisa membekali diri menjadi barista internasional dengan mengikuti Kelas Kopi-nya. Yang sudah pasti akan selalu membuat pengunjung dan pelanggan kembali terus, apa lagi kalau bukan cita rasa nikmati dalam seduhan dan penganan yang disuguhkan. Tertarik untuk mencoba? Anda bebas menentukan outlet mana yang ingin Anda kunjungi pertama sampai terakhir.


Untuk mengenal atau kerjasama dengan saya lebih lanjut bisa kontak di ;

Email       : sitirogayah10@gmail.com
Blog          : www.sitirogayah.com 
www.pengertianilmu.com 


Salam dari Siti Rogayah.  Terima kasih. 


1 comment

  1. Konsumen kopi pun "naik pangkat", Susan.
    Jaman saya kecil, yang minum kopi itu cuma kakek-kakek dan nenek-nenek. Sekarang anak muda, usia belasa sudah pada nongkrong di cafe :D

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon